Plt. Kadiskominfo Menjadi Narasumber Literasi Cakap Digital Hari Kedua Pada Festival Semarapura Ke-6 Tahun 2024

Klungkung-klungkungkab.go.id Jaga emosi dan think globally and act locally mengemuka pada Literasi Cakap Digital kedua Festival Semarapura ke-6. 1/5/2024

Literasi Cakap Digital yang kedua bertema Transformasi Pariwisata Melestarikan Budaya Lewat Pemasaran Digital. Narasumber yang hadir Ibu Luh Ketut Ari Citrawati sebagai pelaksana tugas Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Klungkung, I Ketut Suadnyana Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Klungkung, Pradnya Larasari sebagai koreografer, dancer, teacher dan konten kreator. Moderator oleh Ayu Wulandari.

Pemanfaatan teknologi digital khususnya media sosial saat ini dibayang-bayangi oleh Hoaks, sehingga kita perlu berhati-hati menerima informasi apapun dari media sosial. Tindakan awal kalau kita menerima informasi adalah dengan menjaga emosi kita. Sebagaimana dijelaskan oleh Pelaksana Tugas Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Klungkung Luh Ketut Ari Citrawati.

“Yang pertama yang ingin saya tekankan kepada semua masyarakat adalah pertama jangan emosi dulu, jangan kemudian langsung membagikan, jangan seperti itu, coba baca dengan teliti dulu,” tegasnya.

Disampaikan lebih jauh lagi bahwa Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Klungkung sudah melaksanakan literasi digital kepada masyarakat dan pelajar di Kabupaten Klungkung, dengan harapan masyarakat dapat menggugah konten positif dan berita negatif dapat ditekan.

“Melalui literasi digital ini bisa untuk meningkatkan kecakapan digital masyarakat, untuk berinteraksi di ruang digital, nanti harapannya adalah masyarakat menggugah konten konten positif, jadi ruang digital kita, akan dipenuhi dengan konten-konten positif,” jelasnya.

“kami di Dinas Komunikasi dan Informasi Kabupaten Klungkung yang melaksanakan tugas, untuk membantu Bupati untuk menyelenggarakan urusan komunikasi dan Informasi, dan juga sekaligus sebagai Pejabat Pengelola Informasi Daerah tentunya juga sudah melakukan beberapa upaya-upaya dalam melaksanakan literasi digital kepada masyarakat, salah satunya melaksanakan pelatihan literasi digital kepada masyarakat umum, kami juga melaksanakan sosialisasi ke sekolah-sekolah kami ingin memberikan literasi digital, dalam bentuk penyuluhan webinar, kemudian workshop kepada siswa-siswi sudah kami laksanakan di SMP N 1 Semarapura, SMP N 2 Semarapura dan SMP N 3 Semarapura dan SMK TI Bali Global,” tambahnya.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Klungkung menungkapkan bahwa memiliki inovasi Yuk Belajar Ke Museum, dan mengajak anak-anak SMA untuk ikut mempromosikan kebudayaan bali, untuk menahan gerusan modernisasi.

“kami dari Dinas Kebudayaan kabupaten klungkung sudah banyak melakukan inovasi-inovasi khususnya anak-anak SMA yang sudah biasa menggunakan gadget untuk mempromosikan, jadi dengan inovasi yang disebut dengan Yuk Belajar di Museum,” paparnya.

Modernisasi merupakan sebuah keniscayaan yang tidak bisa kita lawan, kita mesti menyesuaikan diri dan mengikuti arus modernisasi tersebut, dan memanfaatkan kecanggihan tersebut untuk melestarikan budaya bali. Generasi muda harus mampu berpikir secara global dan bertindak secara local, agar budaya bali tidak tergerus namun kita tidak tertinggal perkembangan jaman. Hal tersebut diungkapkan oleh Pradnya Larasari, S.Sn., M.Sn.

“Jadi kita tidak bisa pungkiri ya, bahwasanya generasi muda kita sekarang ini, mungkin lebih suka lebih sering melihat konten-konten yang berbau modern seperti tiktok dan lain sebagainya yang dikatakan, disini saya sebagai seorang seniman pelaku seni sangat-sangat berusaha sekuat mungkin, terutama dengan media digital, karena menurut saya dijaman sekarang ini digital itu sangat berperan penting, dulu saat saya membuka sanggar dirumah tanpa memanfaatkan digital itu menurut saya sangat kurang jadi lewat duni adigital ini saya sangat memanfaatkan seni tradisi karena ada kutipan dalam bahasa ingris yang saya jadikan motto hidup “think globaly act locally” Think Globaly itu kita harus membuka mata membuka jendela duni kita tidak boleh hidup bagaikan katak dalam tempurung. Act locally itu kita harus tetap mencintai budaya lokal tradisi kita  oleh karen itu saya berpesan kepada adik adik terutama yang masih kecil mungkin TK atau SD, dari umur TK atau SD lah kita wajib mempelajari seni tradisi kita, Khususnya kalau Bidang saya kan tari ya, jadi saya punya satu pengalaman ada salah satu mahasiswa yang kuliah keluar bali ketika kecil tidak belajar tari Bali dan ketika kuliah di luar bali itu pasti ditanya kamu orang bali ya ?, coba nari satu, saat itulah mereka kalau kuliah keluar itu kalau tidak belajar satu saja tari bali pasti akan kebingungan saat dia disuruh menari dikampusnya di luar negeri atau luar kota,” ungkapnya.

Tinggalkan komentar